ANAK BERBAKAT (GIFTED CHILD)
Pengertian Anak
Berbakat
Secara umum anak berbakat diartikan sebagai anak yang
memiliki tingkatan IQ tinggi dan memiliki keterampilan tertentu. Menurut
definisi yang dikemukakan Joseph Renzulli (1978), anak berbakat memiliki
pengertian, “Anak berbakat merupakan satu interaksi diantara tiga sifat dasar
manusia yang menyatu ikatan terdiri dari kemampuan umum dengan tingkatnya di
atas kemampuan rata- rata, komitmen yang tinggi terhadap tugas dan kreativitas
yang tinggi.
1.
High
Potential Ability (Kecerdasan Tinggi) Standard yang ditetapkan
untuk anak berbakat oleh Diknas tahun 2003 adalah 140 . Kalau hasil tes
menunjukkan IQ anak mencapai 140 ke atas, maka anak itu otomatis disebut gifted
child. Tetapi kemudian muncul pembagian tertentu untuk anak berbakat dilihat dari
IQnya. Keberbakatan ringan (IQ 115 – 129), keberbakatan sedang (IQ 130 – 144),
keberbakatan tinggi (IQ 145 ke atas).
2.
Task
Commitment adalah sejauh mana tanggung jawab dalam
meyelesaikan tugas. Tidak hanya tugas dari sekolah tapi juga tugas di rumah.
Task commitment dapat diukur melalui tes tertentu yang hanya boleh dilakukan
oleh psikolog. Task commitment ini mencakup tanggung jawab, motivasi, keuletan,
kepercayaan diri, memiliki tujuan yang jelas sebelum melakukan sesuatu dan
kemandirian.
3.
Kreativitas bisa diartikan
sebagai kemampuan untuk menciptakan hal-hal baru atau kemampuan untuk membuat
kombinasi-kombinasi baru dari yang sudah ada. Kreativitas dapat dinilai dari 4
hal, produk, pribadi, proses dan pencetus / penghambat. Suatu produk dikatakan
kreatif kalau produk itu baru, berbeda dari yang sudah ada, lebih baik dari
yang lain dan tentu saja berguna. Sifat pribadi kreatif yang lain adalah
terbuka pada hal-hal baru, punya rasa ingin tau yang besar, ulet, mandiri,
berani mengambil resiko, berani tampil beda, percaya diri dan humoris.
Anak berbakat ialah anak
yang memiliki kecakapan dalam mengembangkan gabungan ketiga sifat ini dan
mengaplikasikan dalam setiap tindakan yang bernilai. Anak-anak yang mampu
mewujudkan ketiga sifat itu masyarakat memperoleh kesempatan pendidikan yang
luas dan pelayanan yang berbeda dengan program-program pengajaran yang reguler
(Swssing, 1985).
Pengertian lain menyebutkan bahwa anak gifted
adalah anak yang mempunyai potensi unggul di atas potensi yang dimiliki oleh
anak-anak normal. Para ahli dalam bidang anak-anak gifted memiliki pandangan
sama ialah keunggulan lebih bersifat bawaan dari pada manipulasi lingkungan
sesudah anak dilahirkan.
2.2 Karakteristik
Anak Berbakat Istimewa (GIFTED CHILD)
Anak-anak berbakat istimewa
secara alami memiliki karakteristik yang khas yang membedakannya dengan
anak-anak normal. Karakteristik ini mencakup beberapa domain penting, seperti
domain intelektual-koginitif, domain persepsi-emosi, domain motivasi dan
nilai-nilai hidup, domain aktifitas, serta domain relasi sosial. Beberapa
karakteristik yang paling sering diidentifikasi terdapat pada anak berbakat
istimewa pada masing-masing domain diatas. Namun demikian perlu dicatat bahwa
tidak semua anak-anak berbakat istimewa (gifted) selalu menunjukkan atau
memiliki semua karakteristik yang disebutkan di dalam daftar ini.
Karakteristik
Intelektual-Kognitif
- Menunjukkan atau memiliki ide-ide yang orisinal, gagasan-gagasan yang tidak lazim, pikiran-pikiran kreatif.
- Mampu menghubungkan ide-ide yang nampak tidak berkaitan menjadi suatu konsep yang utuh.
- Menunjukkan kemampuan bernalar yang sangat tinggi.
- Mampu menggeneralisir suatu masalah yang rumit menjadi suatu hal yang sederhana dan mudah dipahami.
- Memiliki kecepatan yang sangat tinggi dalam memecahkan masalah.
- Menunjukkan daya imajinasi yang luar bisaa.
- Memiliki perbendaharaan kosakata yang sangat kaya dan mampu mengartikulasikannya dengan baik.
- Bisaanya fasih dalam berkomunikasi lisan, senang bermain atau merangkai kata-kata.
- Sangat cepat dalam memahami pembicaraan atau pelajaran yang diberikan.
- Memiliki daya ingat jangka panjang (long term memory) yang kuat.
- Mampu menangkap ide-ide abstrak dalam konsep matematika dan/atau sains.
- Memiliki kemampuan membaca yang sangat cepat.
- Banyak gagasan dan mampu menginspirasi orang lain.
- Memikirkan sesuatu secara kompleks, abstrak, dan dalam.
- Mampu memikirkan tentang beragam gagasan atau persoalan dalam waktu yang bersamaan dan cepat mengaitkan satu dengan yang lainnya.
Karakteristik
Persepsi/Emosi
- Sangat peka perasaannya.
- Menunjukkan gaya bercanda atau humor yang tidak lazim (sinis, tepat sasaran dalam menertawakan sesuatu hal tapi tanpa terasa dapat menyakiti perasaan orang lain).
- Sangat perseptif dengan beragam bentuk emosi orang lain (peka dengan sesuatu yang tidak dirasakan oleh orang-orang lain).
- Memiliki perasaan yang dalam atas sesuatu.
- Peka dengan adanya perubahan kecil dalam lingkungan sekitar (suara, aroma, cahaya).
- Pada umumnya introvert.
- Memandang suatu persoalan dari berbagai macam sudut pandang.
- Sangat terbuka dengan pengalaman atau hal-hal baru
- Alaminya memiliki ketulusan hati yang lebih dalam dibanding anak lain.
Karakteristik
Motivasi dan Nilai-Nilai Hidup
- Menuntut kesempurnaan dalam melakukan sesuatu (perfectionistic).
- Memiliki dan menetapkan standar yang sangat tinggi bagi diri sendiri dan orang lain.
- Memiliki rasa ingin tahu dan kepenasaran yang sangat tinggi.
- Sangat mandiri, sering merasa tidak perlu bantuan orang lain, tidak terpengaruh oleh hadiah atau pujian dari luar untuk melakukan sesuatu (self driven).
- Selalu berusaha mencari kebenaran, mempertanyakan dogma, mencari makna hidup.
- Melakukan sesuatu atas dasar nilai-nilai filsafat yang seringkali sulit dipahami orang lain.
- Senang menghadapi tantangan, pengambil risiko, menunjukkan perilaku yang dianggap “nyerempet-nyerempet bahaya” .
- Sangat peduli dengan moralitas dan nilai-nilai keadilan, kejujuran, integritas.
- Memiliki minat yang beragam dan terentang luas.
Karakteristik
Aktifitas
- Punya energi yang seolah tak pernah habis, selalu aktif beraktifitas dari satu hal ke hal lain tanpa terlihat lelah.
- Sulit memulai tidur tapi cepat terbangun, waktu tidur yang lebih sedikit dibanding anak normal.
- Sangat waspada.
- Rentang perhatian yang panjang, mampu berkonsentrasi pada satu persoalan dalam waktu yang sangat lama.
- Tekun, gigih, pantang menyerah.
- Cepat bosan dengan situasi rutin, pikiran yang tidak pernah diam, selalu memunculkan hal-hal baru untuk dilakukan.
- Spontanitas yang tinggi.
Karakteristik
Relasi Sosial
- Umumnya senang mempertanyakan atau menggugat sesuatu yang telah mapan.
- Sulit melakukan kompromi dengan pendapat umum.
- Merasa diri berbeda, lebih maju dibanding orang lain, merasa sendirian dalam berpikir atau pada saat merasakan suatu bentuk emosi.
- Sangat mudah jatuh iba, empatik, senang membantu.
- Lebih senang dan merasa nyaman untuk berteman atau berdiskusi dengan orang-orang yang usianya jauh lebih tua.
2.3 Tanda-tanda Umum Anak Berbakat
Sejak usia dini sudah dapat
dilihat adanya kemungkinan anak memiliki bakat yang istimewa. Sebagai contoh
ada anak yang baru berumur 2 tahun
tetapi lebih suka memilih alat-alat mainan untuk anak berumur 6-7 tahun;
atau anak 3 tiga tahun tetapi sudah
mampu membaca buku-buku yang diperuntukkan bagi anak usia 7-8 tahun.
Mereka akan sangat senang jika mendapat pelayanan seperti yang mereka harapkan.
Anak yang memiliki bakat
istimewa sering kali memiliki tahap perkembangan yang tidak serentak. Ia dapat
hidup dalam berbagai usia perkembangan, misalnya: anak berusia tiga tahun,
kalau sedang bermain seperti anak seusianya, tetapi kalau membaca seperti anak
berusia 10 tahun, kalau mengerjakan matematika seperti anak usia 12 tahun, dan
kalau berbicara seperti anak berusia lima tahun. Yang perlu dipahami adalah
bahwa anak
berbakat umumnya tidak hanya belajar lebih cepat, tetapi juga sering
menggunakan cara yang berbeda dari teman-teman seusianya. Hal ini tidak
jarang membuat guru di sekolah mengalamai kesulitan, bahkan sering merasa
terganggu dengan anak-anak seperti itu. Di samping itu anak berbakat istimewa
bisaanya memiliki
kemampuan menerima informasi dalam jumlah yang besar sekaligus. Jika ia
hanya mendapat sedikit informasi maka ia akan cepat menjadi “kehausan” akan
informasi.
Di kelas-kelas Taman
Kanak-Kanak atau Sekolah Dasar anak-anak berbakat sering tidak menunjukkan
prestasi yang menonjol. Sebaliknya justru menunjukkan perilaku yang kurang
menyenangkan, misalnya: tulsiannya tidak teratur, mudah bosan dengan cara guru
mengajar, terlalu cepat menyelesaikan tugas tetapi kurang teliti, dan
sebagainya. Yang menjadi minat dan perhatiannya kadang-kadang justru hal-hal
yang tidak diajarkan di kelas. Tulisan anak berbakat sering kurang teratur
karena ada perbedaan perkembangan antara perkembangan kognitif (pemahaman,
pikiran) dan perkembangan motorik, dalam hal ini gerakan tangan dan jari untuk
menulis. Perkembangan pikirannya jauh ebih cepat daripada perkembangan
motoriknya. Demikian juga seringkali ada perbedaan antara perkembangan kognitif
dan perkembangan bahasanya, sehingga dia menjadi berbicara agak gagap karena
pikirannya lebih cepat daripada alat-alat bicara di mulutnya.
2.4 Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Timbulnya Keberbakatan Seorang Anak
a) Hereditas
Hereditas, adalah faktor yang diwariskan dari
orang tua, meliputi kecerdasan, kreatif produktif, kemampuan memimpin,
kemampuan seni dan psikomotor. Dalam diri seseorang telah ditentukan adanya
faktor bawaan yang ada setiap orang, dan bakat bawaan tersebut juga berbeda
setiap orangnya. U. Branfenbrenner dan Scarr Salaptek menyatakan secara tegas
bahwa sekarang tidak ada kesangsian mengenai faktor genetika mempunyai andil
yang besar terhadap kemampuan mental seseorang
b) Lingkungan
Lingkungan, hal-hal yang mempengaruhi
perkembangan anak berbakat ditinjau dari segi lingkungannya (keluarga, sekolah
dan masyarakat). Lingkungan mempunyai peran yang sangat besar dalam
mempengaruhi keberbakatan seorang anak. Walaupun seorang anak mempunyai bakat
yang tinggi terhadap suatu bidang, tanpa adanya dukungan dan perhatian dari
lingkungannya seperti, masyarakat tempat dia bersosialisasi, keluarga tempat ia
menjalani kehidupan berkeluarga, tempat dia menjalani kehidupan dan
mengembangkan keberbakatan itu dapat membantunya dalam mencapai ataupun
memeksimalkan bakatnya tersebut.
2.5 Dampak dari
anak berbakat
1. Dampak
Positifnya
Prestasi
anak berbakat dapat ditinjau dari segi fisik, psikologis, akademik dan sosial.
·
Prestasi fisik
yang dapat dicapai oleh anak-anak berbakat ialah mereka memiliki daya tahan tubuh yang prima
serta koordinasi gerak fisik yang harmonis (French, 1959).
Anak
berbakat mampu berjalan dan berbicara lebih awal dibandingkan dengan masa
berjalan anak-anak normal (Swanson, 1979).
·
Prestasi psikologis anak
berbakat memiliki kemampuan emosi yang unggul dan secara sosial pada umumnya mereka adalah anak-anak yang
populer serta lebih mudah diterima (Gearheart, Heward,1980).
·
Prestasi akademik,
anak berbakat pada dasarnya memiliki sistem syaraf pusat (otak dan spinal cord)
yang prima. Oleh karena itu anak-anak berbakat dapat mencapai tingkat kognitif yang tinggi.
Menurut Bloom kognitif tingkat tinggi meliputi berfikir aplikasi, analisis, sintesis,
evaluasi dan kognitif tingkat rendah terdiri dari berfikir mengetahui dan
komprehensif.
Selain memiliki keunggulan-keunggulan diatas
anak-anak berbakat mempunyai dampak dalam karakteristik yang negative secara
umum menurut Swassing yakni :
1. Mampu mengaktualisasikan pernyataan secara
fisik berdasarkan pemahaman pengetahuan yang sedikit
2. Dapat mendominasi diskusi
3. Tidak sabar untuk segera maju ke tingkat
berikutnya
4. Suka ribut
5. Memilih kegiatan membaca dari pada
berparfsipasi aktif dalam kegiatan masyarakat, atau kegiatan fisik
6. Suka melawan aturan, petunjuk-petunjuk
atau prosedur tertentu
7. Jika memimpin diskusi akan membawa situasi
diskusi ke situasi yang harus selalu tuntas.
8. Frustasi disebabkan tidak jalannya
aktivitas sehari-hari
9. Menjadi bosan karena banyak hal yang
diulang-ulang
Sedangkan bisa di kategorikan
masalah anak berbakat berdasarkan subjeknya antara lain :
1. Masalah dan Dampak Bagi Individu
a. kecepatan perkembangan kognitif yang
tidak sesuai dengan perkembangan dan kekuatan fisik, sehingga terjadi
kesenjangan di antara keduanya, dapat menimbulkan perasaan tidak adekuat pada
diri anak.
b. Perkembangan kognitif anak berbakat
lebih cepat dari teman seumurnya, sehingga menimbulkan kebosanan terhadap
pengajaran reguler, kesulitan hubungan sosial.
c. Kemapuan anak berbakat untuk
menyerapdan menghimpun informasi yang tidak diimbangi dengan perkembangan emosi
dan kesadaran dapat menimbulkan ketidakstabilan perkembangn emosi.
2. Masalah dan Dampak Bagi Keluarga
orang tua yang tidak memahami dan menyadari potensi yang dimilki anaknya
cenderung tidak peduli dan merespon prilakunya.
2.6 Cara
Mengidentifikasi Anak Berbakat
Pendekatan
dimensi ganda dalam memahami keberbakatan menimbulkan masalah tersenfiri dalam
identifikasi anak berbakat, baik mengenai kriteria keberbakatan maupun teknik
dan alat identifikasi. Apabila ditelaah kembali ternyata karakteristik tersebut
erat sekali kaitannya dengan kemampuan intelektual, oleh karena itu merupakn
hal yang logis jika identifikasi anak berbakat diawali dengan pengujian
kemampuan intelektual. Teknik identifikasi anak berbakat yang dapat dilakuakn
di sekolah.
a. Penggunaan tes kecerdasan
b. Studi kasus, prestasi akademik dan
prilaku-prilaku nonakademik, dapat dijadikan indikator dari keberbakatan
seseorang. Dengan menggunakan kriteria ini guru dapat melakukan observasi dan
memperkirakan anak tersebut kemungkinan sebagai anak berbakat.
Di lain pihak
Ike R. Sugianto menegaskan bahwa tidak ada tes yang bisa dilakukan untuk
mengidentifikasi bakat anak. Tes IQ tidak digunakan untuk melihat minat dan
bakat anak. Sesuai dengan namanya, tes ini lebih diarahkan kepada pengukuran intelektual
(intelligency Quotient). Sedangkan tes minat dan bakat yang dilakukan dengan
battery psikologi, lebih tepat dikenakan pada anak-anak diatas tingkat SMP
untuk penjurusan atau memantapkan pemilihan studi di perguruan tinggi. Jadi
yang perlu dilakukan oleh orangtua bukanlah mengidentifikasi bakat apa, tetapi
memperhatikan minat anak dengan memperkenalkan secara bertahap pada anak .
Banyak faktor-faktor yang menentukan sejauh mana bakat
seseorang dapat terwujud.
- keadaan lingkungan seseorang, seperti: kesempatan, sarana dan prasarana yang tersedia, sejauh mana dukungan dan dorongan orang tua, taraf sosial ekonomi orang tua, tempat tinggal, di daerah perkotaan atau di pedesaan, dan sebagainya.
- keadaan dari diri orang itu sendiri, seperti minatnya terhadap suatu bidang, keinginannya untuk berprestasi, dan keuletannya untuk mengatasi kesulitan atau rintangan yang mungkin timbul.
- Tingkat kecerdasannya (intelegensi). kecerdasan ditentukan baik oleh bakat bawaan (berdasarkan gen yang diturunkan dari orang tuanya) maupun oleh faktor lingkungan (termasuk semua pengalaman dan pendidikan yang pernah diperoleh seseorang; terutama tahun-tahun pertama dari kehidupan mempunyai dampak terhadap kecerdasan seseorang).
2.7 Pelaksanaan
Pendidikan Anak Berbakat
Percepatan
(akselerasi)
Meloncatkan anak pada kelas-kelas yang lebih
tinggi (skipping). Sesuai
dengan keadaannya di mana usia mental (mental
age) pada anak berbakat lebih tinggi dari usia sebenarnya (cronological age), maka mudah timbul
perasaan tidak puas belajar bersama dengan anak-anak lain seumurnya. Meskipun
banyak aspek perkembangan lain pada anak ternyata memang lebih maju dari pada
anak-anak seumurnya, misalnya aspek sosial, akan tetapi cara percepatan dengan
meloncatkan anak pada kelas-kelas yang yang lebih ‘tinggi dianggap kurang baik,
antara lain karena mempermudah timbulnya’ masalah-masalah penyesuaian, baik
disekolah, di rumah maupun di lingkungan sosialnya. Percepatan yang diberikan
kepada anak berbakat untuk menyelesaikan bahan pelajaran dalam waktu yang lebih
singkat sesuai dengan kemampuannya yang istimewa.
a. Pendidikan dalam Kelompok khusus
1) Model A
Kelas bisaa penuh ditambah kelas khusus
(mini). Cara ini bisa dilakukan disetiap sekolah karena anak berbakat mengikuti
secara penuh acara di sekolah dan setelah itu memperoleh pelajaran tambahan
dalam kelas khusus. Waktu belajarnya bertambah dan mata pelajaran dasar atau
yang berhubungan dengan kemampuan khusus (misalnya matematika) ditambah.
2) Model B
Pada model ini anak mengikuti kelas bisaa tetapi
tidak seluruhnya (bisa 75%, 60%, 50%) dan ditambah dengan mengikuti kelas
khusus. Jumlah jam pelajaran tetap dan hal ini menguntungkan anak sehingga ia
masih mempunyai waktu untuk melakukan dalam mengembangkan aspek-aspek
kepribadiannya.
3) Model C
Pada model ini semua anak berbakat dimasukan
dalam kelas secara penuh. Kurikulum dibuat secara khusus demikian pula
guru-gurunya.
4) Model D
Pada model ini, merupakan sekolah khusus yang
hanya mendidik anak berbakat. Dari sudut administrasi sekolah jelas mudah
diatur. Tapi dari sudut anak banyak kerugiannya karena dengan mengikuti
pendidikan sekolah khusus, anak terlempar jauh dari lingkungan sosialnya dan
menjadi anggota kelompok sosial khusus dan istimewa.
b.Home-schooling
(pendidikan non formal di luar sekolah). Cara lain yang dapat ditempuh selain
model akselerasi adalah memberikan pendidikan tambahan di rumah atau di luar
sekolah, yang sering disebut home-schooling. Dalam home-schooling orang tua
atau tenaga ahli yang ditunjuk bisa membuat program khusus yang sesuai dengan
bakat istimewa anak yang bersangkutan. Pada suatu ketika jika anak sudah siap
kembali ke sekolah, maka ia bisa saja dikembalikan ke sekolah pada kelas
tertentu yang cocok dengan tingkat perkembangannya.
c. Menyelenggarakan
kelas-kelas tradisional dengan pendekatan individual. Dalam model ini biasanya
jumlah anak per kelas harus sangat terbatas sehingga perhatian guru terhadap
perbedaan individual masih bisa cukup memadai, misalnya maksimum 20 anak.
Masing-masing anak didorong untuk belajar menurut ritmenya masing-masing. Anak
yang sudah sangat maju diberi tugas dan materi yang lebih banyak dan lebih
mendalam daripada anak lainnya; sebaliknya anak yang agak lamban diberi materi
dan tugas yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Demikian pula guru harus
siap dengan berbagai bahan yang mungkin akan dipilih oleh anak untuk
dipelajari. Guru dalam hal ini menjadi sangat sibuk dengan memberikan perhatian
individual kepada anak yang berbeda-beda tingkat perkembangan dan ritme
belajarnya.
d.
Membangun kelas khusus untuk anak berbakat. Dalam hal ini
anak-anak yang memiliki bakat/kemampuan yang kurang lebih sama dikumpulkan dan
diberi pendidikan khusus yang berbeda dari kelas-kelas tradisional bagi
anak-anak seusianya. Kelas seperti ini pun harus merupakan kelas kecil di mana
pendekatan individual lebih diutamakan daripada pendekatan klasikal. Kelas
khusus anak berbakat harus memiliki kurikulum khusus yang dirancang tersendiri
sesuai dengan kebutuhan anak-anak berbakat. Sistem evaluasi dan pembelajarannyapun
harus dibuat yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
2.8 Penyiapan Guru dan Orang Tua Untuk Anak Berbakat
Kualifikasi guru untuk anak berbakat dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu:
- kualifikasi profesi; Persyaratan profesional / pendidikan antara lain meliputi: Sudah berpengalaman mengajar, Menguasai berbagai teknik dan model belajar mengajar, bijaksana dan kreatif mencari berbagai akal dan cara, mempunyai kemampuan mengelola kegiatan belajar secara individual dan kelompok, menguasai teknik dan model penilaian, mempunyai kegemaran membaca dan belajar.
- kualifikasi kepribadian, Persyaratan kepribadian antara lain: bersikap terbuka terhadap hal-hal baru, peka terhadap perkembangan anak, mempunyai pertimbangan luas dan dalam, penuh pengertian, mempunyai sikap toleransi, mempunyai kreativitas yang tinggi, bersikap ingin tahu.
- kualifikasi hubungan social ; persyaratan hubungan sosial antara lain: dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, mudah bergaul dan mampu memahami dengan cepat tingkah laku orang lain (S.C.U. Munandar, 1981)
Implikasi bagi guru anak berbakat disimpulkan oleh Barbie
dan Renzulli (1975) sebagai berikut:
- guru perlu memahami diri sendiri, karena anak yang belajar tidak hanya dipengaruhi oleh apa yang dilakukan guru, tetapi juga bagaimana guru melakukannya.
- guru perlu memiliki pengertian tentang keterbakatan
- guru hendaknya mengusahakan suatu lingkungan belajar sesuai dengan perkembangan yang unggul dari kemampuan-kemampuan anak.
- Guru memberikan tantangan daripada tekanan
- Guru tidak hanya memperhatikan produk atau hasil belajar siswa, tetapi lebih-lebih proses belajar.
- Guru lebih baik memberikan umpan balik daripada penilaian
- Guru harus menyediakan beberapa alternatif strategi belajar
- Guru hendaknya dapat menciptakan suasana di dalam kelas yang menunjang rasa harga diri anak serta dimana anak merasa aman dan berani mengambil resiko dalam menentukan pendapat dan keputusan.
Peran Orang Tua dalam Memupuk Bakat dan Kreativitas Anak
Orang tua yang
bijaksana dapat membedakan antara memberi perhatian terlalu banyak atau terlalu
sedikit, antara memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan bakat dan
minatnya dan memberi tekanan untuk berprestasi semaksimal mungkin.
Ada beberapa hal yang memudahkan orang tua agar lebih
mantap dalam menghadapi dan membina anak berbakat (Ginsberg dan Harrison, 1977;
Vernon, 1977) diantaranya adalah:
- anak berbakat itu tetap anak dengan kebutuhan seorang anak. Jika ada anak-anak lain dalam keluarga, janganlah membandingkan anak berbakat dengan kakak-adiknya atau sebaliknya.
- Sempatkan diri untuk mendengarkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaannya
- Berilah kesempatan seluas-luasnya untuk memuaskan rasa ingin tahunnya dengan menjajaki macam-macam bidang, namun jangan memaksakan minat-minat tertentu.
- Berilah kesempatan jika anak ingin mendalami suatu bidang, karena belum tentu kesempatan itu ada di sekolah.
- Kerjasama Antara Keluarga, Sekolah dan Masyarakat
Pendidikan
merupakan tanggung jawab bersama keluarga (orang tua), sekolah, dan masyarakat.
Keluarga dan sekolah dapat bersama-sama mengusahakan pelayanan pendidikan bagi
anak berbakat, misalnya dalam memandu dan memupuk minat anak. Tokoh-tokoh dalam
masyarakat dapat menjadi “tutor” untuk anak berbakat yang mempunyai minat yang
sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar