Jumat, 13 April 2012

Konseling Perilaku


Teori Konseling perilaku (KP) berkembang tahun 1950-an hingga awal 1960-an. Pendekatan ini muncul sebagai penolakan radikal terhadap perspektif psikoanalisa yang saat itu dominan. KP menerapkan prinsip-prinsip belajar baik teori pengkondisian klasik dari Ivan Pavlov maupun pengkondisian operan dari B.F Skinner. Meski banyak menuai kritik dari ahli dan praktisi pendekatan psikoanalisa, KP berkembang dan makin banyak pengikut.
Fokus intervensi yakni pengembangan perilaku adaptif dan penurunan perilaku non adaptif didefinisikan sebagai tindakan yg dapat diamati dan diukur dan mengabaikan kognisi dan emosi sebagai determinan perilaku. Teknik KP berpengaruh dan  berkembang dalam berbagai bidang kehidupan.
Dalam perkembangannya KP menyadari adanya keterbatasan teori belajar dan mengakui peran kognisi bahkan emosi dalam mempengaruhi perilaku. Sehingga teknik kognitif diintervensikan dan membenyuk pendekatan baru yang disebut konseling kognitif-perilaku (KKP). Secara teoritik KKP menggunakan teori atau perspektif perilaku sebagai kerangka kerja dan secara teknis menggabungkan teknik pespektif perilaku dan perspektif kognitif.
Pada tahun 1980-an para teoris KP mencari horizon baru dalam konsep dan metode perlakuan pada peran emosi dalam proses terapeutik disamping faktor biologis yang menyebabkan gangguan perilaku. Dua perkembangan signifikan pada periode ini yakni makin mantabnya pendekatan kognitif perilaku sebagai kekuatan dan penerapan teknik-teknik perilaku guna mencegah dan menangani gangguan medis.
B. POKOK-POKOK TEORI

1.     Pandangan Tentang Sifat Manusia
          Pada awalnya KP memiliki asumsi yang bersifat deterministik tentang sifat dasar manusia,yakni manusia dipandang sebagai produk pengkondisian lingkungan.KP modern,khususnya yang dihembuskan oleh para ahli yang mengadopsi pendekatan kognitif-perilaku,memandang manusia tidak hanya dibentuk tetapi juga sebagai membentuk lingkungannya.Kecenderungan terakhir dalam KP diarahkan pada pengembangan prosedur yang secara aktual dapat memberikan kontrol dan keterampilan pada konseli dan respon terhadap lingkungan.
            Pandangan dari para teoris KP tradisional yang menegaskan bahwa manusia(perilaku) sangat kuat dipengaruhi oleh pengkondisian stimulus-respon atau respon-konsekuensi.Para penulis di bidang ini melihat adanya kesamaan antar paham perilaku dan paham humanistik,setidaknya dilihat dari tiga tema.tema yang pertama memusatkan perhatian pada konseling sebagai suatu pendekatan yang berorientasi pada tindakan.Tema yang kedua adalah maningkatkan perhatian konselor untuk memikirkan proses-proses kognitif dan pemaknaan subyektif yang menjembatani  efek peristiwa/stimulus pada perilaku/respon.Yang ketiga adalah meningkatkan peran konseli untuk mengambil tanggung jawab bagi perilakunya sendiri.Tiga tema konvergensi tersebut memberikan kerangka kerja konseptual yang menjembatani pendekatan perilaku humanistik.
2.     Sistem Teori

a.      Empat Perspektif
KP kontemporer dapat dipahami melalui empat perspektif bidang pengembangan berikut: perspektif pengkondisian klasik,perspekstif pengkondisian operan,perspektif teori belajar sosial,dan perspektif konseling kognitif-perilaku(classical conditioning) dikembangkan oleh Ivan Pavlov,seorang ahli dari Rusia.Berdasarkan hasil eksperimennya,Pavlov memperoleh kesimpulan teoretis bahwa perilaku,baik yang adaptif maupun tidak adaptif(misalnya kecemasan) melalui peristiwa-peristiwa traumatik,bencana alam,atau kecelakaan lainnya.dalam konstruk teori pengkondisian klasik,stimuli yang mendahului dan mengendalikan perilaku disebut sebagai antiseden(antesedent).
Teori pengkondisian operan(operan conditioning) dikembangkan oleh B.F. Skinner,seorang ahli psikologi dari Amerika.Menurut Skinner,banyak perilaku individu yang tak dapat dijelaskan melalui teori pengkondisian klasik.Oleh karena itu,skinner mengemukakan bentuk perilaku lain yang ia sebut sebagai perilaku operan,yakni perilaku yang dihasilkan oleh konsekuensi yang mengikuti perilaku tersebut.Perubahan perilaku yang mengikuti konsekuensi  tersebut juga disebut sebagai perilaku tergantung. Teori belajar sosial dikembangkan oleh Albert Bandura untuk mengatasi keterbatasan dalam teori-teori pengkondisian.Menurut Bandura (1977),individu seharusnya dipahami sebagai suatu fungsi psikologis yang tidak ditentukan secara tunggal oleh kekuatan intrapsikis atau oleh kekuatan lingkungan semata,tetapi sebagai hasil hubungan saling pengaruh yang terus menerus antara perilaku,kognisi dan lingkungan .perilaku dipengaruhi oleh lingkungan ,tetapi pada waktu yang sama,melalui interaksinya sehari-hari individu juga memainkan peran aktif untuk menciptakan sutu kondisi lingkungan tertentu.Inti dari teori belajar-sosial adalah bahwa individu dapat belajar perilaku dengan mengamati perilaku orang lain(model) dan proses belajar tersebut dapat berlangsung tanpa harus ada penguatan penguatan eksternal.Penguatan itu sendiri diperoleh dari perilaku dari perilaku yang dipelajari.
Perspektif kognitif-perilaku,banyak teknik KP,khususnya yang dikembangkan dalam tiga dekade terakhir,menekankan pada proses-proses kognitif yang melibatkan peristiwa-peristiwa pribadi seperti apa yang dikatakan oleh konseli pada dirinya sendiri merupakan mediator/jembatan bagi perubahan perilaku.Perspektif ini menawarkan suatu metode yang berorientasi tindakan untuk membantu individu mengubah apa yang mereka lakukan dan pikirkan.Para ahli dari perilaku kognitif memiliki keyakinan bahwa gangguan perilaku merupakan fungsi dari hubungan timbal balik antara kognisi dan faktor lingkungan.dalam pendekatan kognitif,gangguan perilaku diubah dengan cara merubah kognisi,dari tidak realistis menjadi realistis.
Para teoris kognitif memegang dua asumsi utama,yaitu;(10perilaku individu dimediatori oleh kognisi mereka:(2)defisiensi kognitif dapat menyebabkan gangguan emosional(Martin & Pearr,1983).
b.      Asumsi Dasar
Asumsi dasar yang utama  yang dipegang adalah bahwa proses-proses kognitif memainkan peran penting dalam mempengaruhi perilaku, bahwa perilaku dikendalikan oleh interaksi yang kompleks antara peristiwa internal(termasuk keyakinan,harapan dan persepsi)dan kekuatan lingkungan(Hall,1983;Redd,Porterfield,& Andersen,1979).Berikut beberapa asumsi teoritis dari KP yang dikemukakan oleh Cormier & Cormier (1985).
· Berbagai bentuk gangguan psikologis/perilaku merupakan hasil belajar.Gangguan psikologis atau perilaku menyimpang terbentuk,berkembang,dipertahankan dan diubah melalui cara-cara yang sama seperti halnya perilaku normal(adaptif)perilaku adaptif dan tidak adaptif terbentuk dan dipertahankan oleh peristiwa-peristiwa situasional eksternal atau oleh proses-proses internal seperti kognisi,mediasi dan pemecahan masalah.Asumsi ini mengimplikasikan bahwa para konselor  KP tidak akan membuang-buang waktu untuk memusatkan perhatian pada kondisi patologis atau konflik awal yang tdak terpecahkan,meskipun tidak mengabaikan adanya kemungkinan sebab fisioligis pada gangguan perilaku.
·   Gangguan psikologis atau perilaku menyimpang memiliki banyak sebab,oleh karenanya penanganannya harus multidimensional.Faktor-faktor yang yang menyebabkan masalah perilaku seringkali bersifatt jamak,melibatkan tindakan yang kasat mata,peristiwa-peristiwa lingkungan dan hubungan dengan orang lain.
· Gangguan perilaku yang akan ditangani harus ditanyakan secara spesifik atau operasional.Masalah klien dan beberapa kondisi yang mendukung masalah tersebut harus didefinisikan secara operasional.Definisi operasional menyatakan ap yang dilakukan oleh klien dalam suatu situasi khusus dan buukan merupakan inferensi dari atribut-atribut umum.Kelebihan dari memandang masalah klien dalam bentuk operasional adalah bahwa konselor dapat menterjemahkan gejala yang samar ke dalam perilaku-perilaku spesifik yang diamati.
·    gangguan perilaku terjadi dalam konteks sosial dan berhubungan secara fungsional dengan antiseden dan konsekuensi internal maupun eksternal.Antiseden adalah peristiwa-peristiwa yang mendahului perilaku,sedangkan konsekuensi adalah peristiwa-peristiwa yang mengikuti perilaku yang dipelajari.menurut pandangan kognitif-perilaku,mengubah satu bagian bentuk gangguan  berpotensi memberikan efek pada variabel-variabel perilaku yang lain,baik positif maupun negatif.Oleh karena itu konselor harus mempersiapkan dirinya terhadap dampak perilaku yang lain.
C. IMPLEMENTASI
    1. Tujuan Konseling                              
           Secara umum KP bertujuan untuk meningkatkan pilihan pribadi dan menciptakan kondisi baru yang lebih mendukung belajar. Para KP kontemporer lebih senang melibatkan konseli untuk mengambil peran aktif dalam menetapkan tujuan-tujuan perlakuan, dengan cara merumuskan apa yang diharapkannya dari proses konseling. Tujuan harus konkrit dan jelas,dan dapat diukur, dan di sepakati oleh konseli dan konselor.
             Setelah tujuan ditetapkan konselor dan konseli mendiskusikan bentuk prilaku yang dapat mengarah pada pencapaian tujuan, lingkungan yang dipersyaratkan, dan membuat rencana kegiatan secara jelas. Setelah itu konselor juga perlu membantu konseli merumuskan kontrak prilaku.
2.         Proses Konseling
              Teridentifikasi sepuluh karakteristik kunci dari KP yang mempresentasikan tahapan dalam proses konseling seperti di bawah ini :
·           KP didasarkan pada prinsip dan prosedur ilmiah.
·           KP berkenaan dengan perilaku bermasalah konseli dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada saat ini.
·           Konseli didorong untuk menerima peran aktif dengan cara melakukan tindakan-tindakan tertentu guna memecahkan masalahnya.
·           KP menekankan pada mengajar konseli keterampilan-keterampilan pengelolaan diri.
·           Memusatkan perhatian pada upaya menaksir perilaku yang dapat diamati dan tak dapat diamati.
·           KP menekankan pada pendekatan pengendalian diri dengan cara membelajarkan konseli strategi-strategi pengelolaan diri.
·           KP dirancang secara individual untuk masalah-masalah khusus yang dialami konseli.
·           Praktek KP didasarkan pada kolaborasi antara konselor dan konseli
·           KP menekankan pada penerapan praktis.
·           Konselor KP perlu berjuang untuk mengembangkan prosedur yang memperhatikan budaya tertentu.
3. Teknik Konseling         
a.  Teknik pada teori pengkondisian klasik
            Desensitisasi sistematis pada awalnya dikembangkan untuk membantu konseli menangani berbagai bentuk kecemasan. Pada perkambangan selanjutnya, digunakan untuk menangani masalah-masalah.
Pengkondisian aversif  merupakan suatu teknik yang digunakan untuk membentuk perasaan enggan atau menolak dengan menggunakan stimuli
       Latihan asertif  untuk mengeliminasi perasaan cemas yang telah terkondisi secara klasik.
c.       Teknik pada teori pengkondisian operan
       Penguatan  suatu prosedur yang dilakukan dengan cara menyajikan sesuatu yang menyenangkan mengikuti munculnya perilaku yang diharapkan.
      Hukuman  digunakan untuk mengurangi atau menghentikan perilaku yang tak diharapkan.
      Penghapusan  suatu prosedur untuk menghentikan perilaku yang tak diharapkan dengan cara tidak memberikan penguat.
     Pembentukan  suatu prosedur yang digunakan untuk mempertahankan dan meningkatkan frekuensi munculnya perilaku yang diharapkan
    Pengelolaan diri  untuk membantu konseli membuat perubahan dengan cara menumbuhkan kemampuan memodifikasi aspek-aspek lingkungan dan memanipulasikannya.
d.      Teknik teori kognisi sosial
     Bentuk aplikasi paling populer dari teori belajar sosial dalam bidang konseling adalah penggunaan teknik pemodelan dengan berbagai variasi untuk tujuan membentuk dan mengubah perilaku. Pemodalan dapat dilakukan secara langsung,simbolik, dan tertutup. Penggabungan dari tiga prosedur pemodelan tersebut ke dalam satu prosedur kombinatif disebut dengan multiple modeling.
e.       Teknik teori pendekatan kognitif
    Penghentian pikiran  dugunakan untuk membantu konseli mengendalikan kesan-kesan dan pikiran negatif.
    Restrukturisasi kognitif  memusatkan perhatian pada upaya mengidentifikasi dan mengubah kesalahan kognisi konseli tentang diri dan lingkungannya.
    Suntikan stres  untuk membantu konseli yang memiliki phobia akut dan untuk mengelola kecemasan dalam situasi yang sangat menekan.
    Teknik pengajaran diri  untuk berdialog dengan diri sendiri tentang apa yang harus dilakukan dalam berbagai macam situasi.
    Pemecahan masalah  untuk membantu individu mengembangkan pola-pola perilaku adaptif dalam menangani berbagai macam problema.
D.  APLIKASI
Dalam penggunaannya KP dan Modifikasi perilaku sedikit berbeda, modifikasi perilaku merupakan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan asesmen, evaluasi, dan pengubahan perilaku yang memusatkan perhatian pada pengembangan perilaku prososial dan perilaku adaptif dan menurunkan perilaku maladaptif dalam kehidupan sehari-hari.  Sedangkan KP merupakan suatu pendekatan klinis yang dapat digunakan dalam berbagai macam latar dan kelompok populasi. Contohnya seperti kecemasan, depresi, kecanduan obat, gangguan  makan, penyimpangan seksual, dan hipertensi dapat ditangani dengan efektif oleh KP. KP telah diterapkan dalam bidang pendidikan (sekolah), bisnis, panti-panti rehabilitasi, dll. KP juga dapat digunakan sebagai suatu pendekatan yang efektif dalam konseling individual, konseling kelompok, dan konseling keluarga.
Saat ini KP digunakan sebagai modalitas perlakuan untuk menangani berbagai macam gangguan mental dan kesulitan emosional di berbagai macam lingkungan (setting) perlakuan. Karena sifatnya fleksibilitas , KP dapat digunakan untuk semua kelompok populasi tanpa memperhatikan usia, latar belakang, tingkat kecerdasan, motivasi atau masalah klien. KP juga merupakan strategi untuk menangani berbagai bentuk kebiasaan maladaptif atau disfungsional seperti depresi, dan kecemasan.

2 komentar: