TEORI KEPRIBADIAN CARL ROGERS
- BIOGRAFI
Carl
Rogers dilahirkan di Oak Park, Illionis, pada tanggal 8 Januari 1902 dan
meninggal pada tahun 1987. dia anak dari pasangan Walter dan Julia. Keluarga
Rogers dipandang sebagai penganut protestan konservatif. Pada tahun 1924 dia
lulus dari Universitas Wisconsin dalam bidang pertanian. Pada tahun yang sama,
yaitu pada tanggal 28 Agustus dia menikah dengan Helen Elliot. Mereka
dikaruniai dua anak, yaitu David dan Natalie. Mulai 1924-1926 dia masuk ke
Union Teologi Seminary, sebagai lembaga yang mengembangkan pandangan yang
liberal dan filosofis dalam agama. Pada tahun 1928 dia menerima gelar MA di
Universitas Columbia, dan gelar Ph.D. pada tahun 1931 di universitas yang sama
dalam bidang psikologi pendidikan dan klinis. Selama tahun 1927-1928 Rogers
memulai praktik pertamanya dalam psikologi klinis dan menjadi anggota dari
Institut Bimbingan Anak.
Rogers
adalah salah seorang peletak dasar dari gerakan potensi manusia, yang
menekankan perkembangan pribadi melalui latihan sensitivitas, kelompok
pertemuan, dan latihan lainnya yang ditujukan untuk membantu orang agar
memiliki pribadi yang sehat. Dia membangun teorinya bedasarkan praktik
interaksi terapeutik dengan para pasiennya. Karena dia menekankan teorinya
kepada pandangan subjektif seseorang, maka teorinya dinamakan “person-centered theory”. Carl Rogers terkenal berkat metode
terapi yang dikembangkannya, yakni tak mengarahkan (nondirective) atau terapi
berpusat pada klien (client-centered
therapy). Tekniknya tersebar luas dikalangan konselor pendidikan, konselor
bimbingan dan pekerja social. Rogers adalah orang pertama yang melibatkan
peneliti ke dalam sesi terapi (memakai tape recorder), yang pada tahun 1940-an
membuka sesi klien untuk dicermati orang lain masih tabu. Dengan cara itu orang
mulai belajar mengenai hakekat psikoterapi dan proses beroperasinya.
- TERPUSAT PADA PRIBADI
Pendekatan fenomeologi dari Rogers
konsisten menekankan pandangan bahwa tingkah laku manusia hanya dapat dipahami
dari bagaimana dia memandang realita secara subyektif (subjective experience of
reality). Pendekatan ini juga berpendapat bahwa manusia mempunyai kemampuan
untuk menentukan nasibnya sendiri, bahwa hakekat yang terdalam dari manusia
adalah sifatnya yang bertujuan, dapat dipercaya dan mengejar kesempurnaan diri
(purposive, trusthworthy, self-perfecting). Rogers sangat kuat memegangi
asumsinya, bahwa manusia itu bebas, rasional, utuh, mudah berubah, subyektif,
proaktif, hetrostastis, dan sukar dipahami. Karena itu unsur-unsur konstitusi
kurang mendapat perhatian.
Rogers mengemukakan 19 rumusan
mengenai hakikat pribadi sebagai berikut:
1. Organisme berada dalam dunia
pengalaman yang terus menerus berubah, dimana dia menjadi
titik pusatnya,
2. Organisme menanggapi dunia sesuai dengan persepsinya.
3. Organisme mempunyai kecenderungan pokok yakni keinginan unutk mengaktualisasi diri, memelihara, meningkatkan diri (self actualization-maintain-enhance).
4. Organisme mereaksi medan fenomena secara total.
5. Pada dasarnya tingkah laku merupakan usaha yang berarah tujuan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan mengaktualisasi diri-mempertahankan-memperluas diri, dalam medan fenomenanya.
6. Emosi akan menyertai tingkah laku yang berarah tujuan, sehingga intensitas (kekuatan) emosi tergantung kepada pengamatan subyektif seberapa penting tingkah laku itu dalam rangka aktualisasi diri-memelihara-mengembangkan diri.
7. Jalan terbaik untuk memahami tingkah laku seseorang adalah dengan memakai kerangka pandangan orang itu sendiri melalui (internal frame of reference); yakni persepsi , sikap dan perasaan yang dinyatakan dalam suasana yang bebas atau suasana terapi berpusat pada klien. Misalnya dalam hal ini tentang laporan diri seseorang (portofolio, riwayat hidup, dll)
8. Sebagian medan fenomeda secra berangsur akan mengalami deferensiasi, sebagai proses terbentuknya self. Self adalah kesadaran akan keberadaan dan fungsi diri, yang diperoleh melalui pengalaman dimana diri (I atau me) terlibat didalamnya baik sebagai subjek maupun obyek.
9. Struktur self terbentuk sebagai hasil interaksi organisme dengan medan fenomena, terutama interaksi evaluatif dengan orang lain. Struktur Self adalah suatu pengamatan yang bersifat uth, teratur, mudah bergerak (fluid) dan konsisten dengan gambaran I dan me dan nilai-nilai lingkungan.
10. Apa bila terjadi konflik antara nilai-nilai yang sudah dimiliki dengan nilai-nilai baru, organisme akan meredakan konflik itu dengan (1) merefisi gambaran dirinya, serta mengaburkan (distortion) yang semula ada pada dirinya, atau dengan mendistorsi nilai-nilai baru yang akan diintrojeksi/diasimilasi.
11. Pengalaman-pengalaman yang terjadi pada diri seseorang akan diproses oleh kesadaran dalam tingkatan-tingkatan yang berbeda, sebagai berikut:
Disimbulkan (symbolized) diamati dan disusun dalam hubungannya dengan self,
Dikaburkan (distorted) tidak ada hubungannya dengan struktur self.
Diingkari atau diabaikan (denied atau ignore) Diingkari karena tidak konsisten dengan struktur dirinya dan diabaikan karena kesadaran tidak memperhatikan itu.
12. Umumnya tingkah lku konsisten dengan konsep self. Kalau premis ini benar, maka cara untuk merubah tingkah laku adalah adalah mengubah konsep self, sebagaimana dilakukan Rogers dalam terapinya.
13. Tingkah laku yang didorongkan oleh kebutuhan organis yang tidak dilambangkan, bisa tidak konsisten dengan self. Tingkah laku semacam itu biasanya dilakukan untuk memelihara gambaran diri (self image) dan tidak diakui sebagai milik atau bagian dari dirinya.
14. Salahsuai psikologis ( Psychological maladjusment) akibat adanya tension, terjadi apabila organisme menolak menyadari pengalaman sensorik yang tidak dapat disimbulkan dan disusun dalam kasatuan struktur-selfnya.
15. Penyesuaian psikologis (psychological adjusment) terjadi apabila organisme dapat menampung/mangtur semua pengalaman sensorik sedemikian rupa dalam hubungan yang harmonis dalam konsep diri.
16. Setiap pengalaman yang tidak sesuai dangan struktur self akan diamati sebagai ancaman (threat). Semakin kuat/rigid struktur selfnya, semakin banyak pengalaman yang dianggap ancaman karena tidak sesuai dengannya, sehingga semakin kuat pula sikap mempertahankan diri dari ancaman. Self kemudian manciptakan pertahanan diri dengan menolak pengalaman masuk kekesadaran. Semakin sering ini dipakai, self manjadi tidak salingsuai (incongruence): kehilangan hubungan dengan pengalaman nyata. Pertentangan antara self dengan realita semakin meningkatkan ketegangan psikologik yang menimbulkan salahsuai.
17. Dalam kondisi tertentu, khususnya dalam kondisi bebas dari ancaman terhadap struktur self (suasana terapi berpusat pada klien),
18. Apabila organisme mengamati dan menerima semua pengalaman-sensorik ke dalam sistem yang integral dan konsisten, maka dia akan mengerti dan menerima orang lain sebagai individu yang berbeda.
19. Semakin banyak individu mengamati dan menerima pengalaman sensorik ke dalam struktur selfnya, kemungkinan terjadi itrijeksi/revisi nilai-nilai semakin benar.
2. Organisme menanggapi dunia sesuai dengan persepsinya.
3. Organisme mempunyai kecenderungan pokok yakni keinginan unutk mengaktualisasi diri, memelihara, meningkatkan diri (self actualization-maintain-enhance).
4. Organisme mereaksi medan fenomena secara total.
5. Pada dasarnya tingkah laku merupakan usaha yang berarah tujuan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan mengaktualisasi diri-mempertahankan-memperluas diri, dalam medan fenomenanya.
6. Emosi akan menyertai tingkah laku yang berarah tujuan, sehingga intensitas (kekuatan) emosi tergantung kepada pengamatan subyektif seberapa penting tingkah laku itu dalam rangka aktualisasi diri-memelihara-mengembangkan diri.
7. Jalan terbaik untuk memahami tingkah laku seseorang adalah dengan memakai kerangka pandangan orang itu sendiri melalui (internal frame of reference); yakni persepsi , sikap dan perasaan yang dinyatakan dalam suasana yang bebas atau suasana terapi berpusat pada klien. Misalnya dalam hal ini tentang laporan diri seseorang (portofolio, riwayat hidup, dll)
8. Sebagian medan fenomeda secra berangsur akan mengalami deferensiasi, sebagai proses terbentuknya self. Self adalah kesadaran akan keberadaan dan fungsi diri, yang diperoleh melalui pengalaman dimana diri (I atau me) terlibat didalamnya baik sebagai subjek maupun obyek.
9. Struktur self terbentuk sebagai hasil interaksi organisme dengan medan fenomena, terutama interaksi evaluatif dengan orang lain. Struktur Self adalah suatu pengamatan yang bersifat uth, teratur, mudah bergerak (fluid) dan konsisten dengan gambaran I dan me dan nilai-nilai lingkungan.
10. Apa bila terjadi konflik antara nilai-nilai yang sudah dimiliki dengan nilai-nilai baru, organisme akan meredakan konflik itu dengan (1) merefisi gambaran dirinya, serta mengaburkan (distortion) yang semula ada pada dirinya, atau dengan mendistorsi nilai-nilai baru yang akan diintrojeksi/diasimilasi.
11. Pengalaman-pengalaman yang terjadi pada diri seseorang akan diproses oleh kesadaran dalam tingkatan-tingkatan yang berbeda, sebagai berikut:
Disimbulkan (symbolized) diamati dan disusun dalam hubungannya dengan self,
Dikaburkan (distorted) tidak ada hubungannya dengan struktur self.
Diingkari atau diabaikan (denied atau ignore) Diingkari karena tidak konsisten dengan struktur dirinya dan diabaikan karena kesadaran tidak memperhatikan itu.
12. Umumnya tingkah lku konsisten dengan konsep self. Kalau premis ini benar, maka cara untuk merubah tingkah laku adalah adalah mengubah konsep self, sebagaimana dilakukan Rogers dalam terapinya.
13. Tingkah laku yang didorongkan oleh kebutuhan organis yang tidak dilambangkan, bisa tidak konsisten dengan self. Tingkah laku semacam itu biasanya dilakukan untuk memelihara gambaran diri (self image) dan tidak diakui sebagai milik atau bagian dari dirinya.
14. Salahsuai psikologis ( Psychological maladjusment) akibat adanya tension, terjadi apabila organisme menolak menyadari pengalaman sensorik yang tidak dapat disimbulkan dan disusun dalam kasatuan struktur-selfnya.
15. Penyesuaian psikologis (psychological adjusment) terjadi apabila organisme dapat menampung/mangtur semua pengalaman sensorik sedemikian rupa dalam hubungan yang harmonis dalam konsep diri.
16. Setiap pengalaman yang tidak sesuai dangan struktur self akan diamati sebagai ancaman (threat). Semakin kuat/rigid struktur selfnya, semakin banyak pengalaman yang dianggap ancaman karena tidak sesuai dengannya, sehingga semakin kuat pula sikap mempertahankan diri dari ancaman. Self kemudian manciptakan pertahanan diri dengan menolak pengalaman masuk kekesadaran. Semakin sering ini dipakai, self manjadi tidak salingsuai (incongruence): kehilangan hubungan dengan pengalaman nyata. Pertentangan antara self dengan realita semakin meningkatkan ketegangan psikologik yang menimbulkan salahsuai.
17. Dalam kondisi tertentu, khususnya dalam kondisi bebas dari ancaman terhadap struktur self (suasana terapi berpusat pada klien),
18. Apabila organisme mengamati dan menerima semua pengalaman-sensorik ke dalam sistem yang integral dan konsisten, maka dia akan mengerti dan menerima orang lain sebagai individu yang berbeda.
19. Semakin banyak individu mengamati dan menerima pengalaman sensorik ke dalam struktur selfnya, kemungkinan terjadi itrijeksi/revisi nilai-nilai semakin benar.
- Konstruk (Aspek-aspek) Kepribadian
Karena perhatian
utama Rogers kepada perkembangan atau perubahan kepribadian, maka dia tidak
menekankan kepada struktur kepribadian. Namun demikian, dari 19 rumusannya mengenai hakekat pribadi, diperoleh
dari tiga konstruk yang menjadi dasar penting dalam teorinya: organism,
medanfenomena dan self.
- Organisme
Yaitu makhluk
fisik (physical creature) dengan semua fungsi-fungsinya, baik fisik maupun
psikis. Organisme ini juga merupakan locus (tempat) semua pengalaman, dan
pengalaman ini merupakan persepsi seorang tentang peristiwa-peristiwa yang
terjadi dalam diri sendiri dan juga di dunia luar (external word). Totalitas
pengalaman, baik yang disadari maupun tidak disadari menbangun medan fenomenal
(phenomenal field). Medan fenomena seseorang tidak diketahui oleh orang lain,
kecuali melalui inferensi empatik, itu
pun tidak pernah diketahui secara sempurna. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku
itu bukan fungsi (pengaruh) dari realitas eksternal, atau stimulus lingkungan,
tetapi realitas subjektif atau medan subjektif atau medan fenomenal.
Pengertian organisme mencakup tiga
hal:
Ø Makhluk hidup: organisme adalah
makhluk lengkap dengan fungsi fisik dan psikologiknya. Organisme adalah tempat
semua pengalaman, segala sesuatu yang secara potensial terdapat dalam kesadaran
setiap saat, yakni persepsi seseorang mengenai event yang terjadi di dalam diri
dan di dunia eksternal.
Ø Realitas subyektif: Organisme
menanggapi dunia seperti yang diamati atau dialaminya. Realita adalah medan
persepsi yang sifatnya subjektif, bukan fakta benar-salah. Realita subyektif
semacam itulah yang menentukan/membentuk tingkah laku.
Ø Holisme: organisme adalah satu
kesatuan sistem, sehingga perubahan pada satu bagian akan mempengaruhi bagian
lain. Setiap perubahan memiliki makna pribadi dan bertujuan, yakni tujuan
mengaktualisasi, mempertahankan dan mengembangkan diri.
- Medan Fenomena (Phenomenal field)
Keseluruhan pengalaman itu, baik
yang internal maupun eksternal, disadari maupun yang tidak disadari dinamakan
medan fenomena. Medan fenomena adalah seluruh pengalaman pribadi seseorang
sepanjang hidupnya di dunia, sebagaimana persespi subyektifnya. Beberapa
deskripsi berikut menjelaskan pengertian medan fenomena:
Ø Meliputi pengalaman internal
(persepsi mengenai diri sensiri) dan pengalaman eksternal (persepsi mengenai
dunia luar).
Ø Meliputi pengalaman yang:
disimbolkan (diamati dan disusun dalam kaitannya dengan diri sendiri),
disimbolkan tetapi diingkari/dikaburkan (karena tidak konsisten degan struktur
dirinya), dan tidak disimbolkan atau diabaikan (karena duamati tidak mempunyai
hubungan dengan strutur diri). Pengalaman yang disimbolkan disadari, sedang
pengalaman yang diingkari dan diabaikan tidak disadari.
Ø Semua persepsi bersifat subjektif,
benar bagi dirinya sendiri.
Ø Medan fenomena seseorang tidak dapat
diketahui oleh rang lain keuali melalui inferensi empatik, itupun pengetahuan
yang diperoleh tidak bakal sempurna.
Masalah besar
yang sulit dijawab dari medan fenomenologis ini adalah, bagaimana orang dapat
memisahkan fakta dengan fiksi dalam medan subjektifnya? Dalam hal ini, Rogers
berpendapat bahwa hanya ada satu cara untuk membedakan, yaitu mengetes
realitas, atau mengecek kebenaran dari informasi, dalam mana hipotesis
seseorang didasarkan pula kepada sumber informasi lainnya. Contoh sederhana
tentang masalah ini : “Apabila anda merasa tidak yakin tentang botol mana yang
berisi garam dari dua botol yang sama-sama berisi benda halus berwarna putih
maka sebaiknya anda mencicipi (mengetes) isi /kedua botol tersebut, apabila ini
salah satu botol tersebut rasanya asin, maka itulah garam.
- Self
Konsep pokok dari teori keprbadian
Rogers adalah self, sehingga dapat dikatakan self merupakan satu-satunya
struktur kepribadian yang sebenarnya. Beberapa penjelasan mengenai self dapat
disimpulkan dari 19 rumusan Rogers:
Ø Self terbentuk melalui diferensiasi
medan fenomena
Ø Self juga terbentuk melalui introjeksi
nilai-nilai orang tertentu (significant
person = orang tua) dan dari distorsi pengalaman.
Ø Self bersifat integral dan
konsisten.
Ø Pengalaman yang tidak sesuai dengan
struktur self dianggap sebagai ancaman.
Ø Self dapat berubah sebagi akibat kematangan
biologik dan belajar.
Self merupakan konstruk
utama dalam teori kepribadian Rogers, yang dewasa ini dikenal dengan “self
concept” (konsep diri). Rogers mengartikannya sebagai “persepsi tentang
karakteristik ‘I’ atau ‘me’ dan persepsi tentang hubungan ‘I’ atau ‘me’ dengan
orang lain atau berbagai aspek kehidupan, termasuk nilai-nilai yang terkait
dengan persepsi tersebut”.
Ada
tiga tingkatan simbolisasi atau kesadaran:
1.Suatu
peristiwa dialami dibawah ambang kesadaran sehingga diabaikan atau diingkari.
2.Suatu
peristiwa dialami dengan kesadaran yang penuh disimbolkan kedalam struktur
self.
3.Suatu
peristiwa dialami dalam bentuk pengaburan.
- Dinamika Kepribadian
1.
Penerimaan positif
Bayi
mengembangkan konsep self dengan membedakan dan kemudian menginternalisasi
pengalaman eksternal yang memuaskan aktualisasi diri bawaannya.Kesadaran
memiliki konsep diri kemudian mengembangkan penerimaan positif.Kebutuhan diri
agar diterima dengan baik,dicintai dan diakui lingkungan.Perkembangan
pengalaman menempatkan regard positif timbal balikKonsep penerimaan positif
tanpa syarat dari rogers ini pada hakikatnya bertentangan dengan konsep
super-ego dari Freud.Prinsip super-ego adalah konsensia(baik-buruk) dan ego
ideal(performansi terbaik),yang menghadiahi dan menerima tingkah laku yang
memenuhi syarat”baik” dan menghukum atau menolak tingkah laku
yang”buruk”,sehingga disebut penerimaan positif bersyarat(conditional positive regard) atau syarat kebaikan
(condision of worth).
2.
Konsistensi dan Salingsuai
Menurut Rogers,organisme berfungsi
untuk memelihara konsistensi.Individu mengembangkan sistem nilai,yang pusatnya
adalah nilai dirinya.Individu bertingkah laku konsisiten dengan konsep selfnya.Tingkah
laku itu tidak memberinya ganjaran.Apabila ada dikrepansi antara struktur self
dengan pengalaman actual,orang akan merasa inkongruen.
Akibat dari diskrepansi dan
inkongruen itu adalah:
1.Kesadaran
akan menimbulkan ketegangan dan kebingungan.
2.Individu
yang tidak menyadari keadaan inkongruennya rentan mengalami anxiety akibat
inkongruen itu.
3.Individu tidak
mengizinkan pengalaman masuk kekesadaran.
4.Individu berusaha
mempertahankan konsep selfnya.
Dalam dunia
subyektifnya,salingsuai(kongruen) atau ketidaksalingsuaian(inkongruen) antara
self dengan organism yang menentukan kemasakan penyesuaian,dan kesehatan
mental.
Perhatian Rogers adalah
bagaimana inkongruen itu berkembang dan bagaimana self dan organisme dapat
dibuat semakin kongruen.Juga bagaimana kongruen dapat terjadi antara realitas
subyektif(medan fenomenal) dengan realitas eksternal,dan kongruen antara
struktur self dengan ideal self.Jika terjadi perbedaan besar antara struktur
self dengan ideal self,orang akan merasa tidak puas dan salah suai.
3.
Aktualisasi Diri
Rogers memandang
organisme terus menerus bergerak maju.Tujuan tingkah laku bukan untuk mereduksi
tegangan energi tetapi mencapai aktualisasi diri.Organisme memiliki kecenderungan dasar diantaranya
aktualisasi yaitu kebutuhan pemeliharaan dan peningkatan diri juga kebutuhan penerimaan diri positif dari orang lain dan penerimaan diri positif
dari orang lain.
- Pemeliharaan:Kebutuhan yang timbul dalam rangka memuaskan kebutuhan dasar seperti makanan,udara,keamanan serta kecenderungan untuk menolak perubahan dan mempertahankan keadaan sekarang.
- Peningkatan Diri:Kebutuhan untuk berkembang,dan untuk mencapai tujuan yang diekspresikan dalam berbagai bentuk termasuk rasa ingin tahu,kegembiraan,eksplorasi diri,kemasakan dan persahabatan.
- Penerimaan Positif dari Orang Lain:Ketika kesadaran self muncul,bayi mulai mengembangkan kebutuhan untuk dicintai,atau diterima oleh orang lain disekitarnya.Orang menilai tinggi pengalaman-pengalaman yang memuaskan kebutuhan penerimaan-positif.
- Penerimaan Positif dari Diri Sendiri:Penerimaan diri ini merupakan akibat dari pengalaman kepuasan atau frustasi dari kebutuhan penerimaan positif dari orang lain.Menurut Rogers,penerimaan diri positif mencakup perasaan kepercayaan diri dan keberhargaan diri.
Aktualisasi diri berlangsung
mengikuti apa yang digariskan keturunan ketika organism itu masak,dia menjadi
semakin berbeda dengan orang lain,semakin luas,otonom dan
tersosialisasi.Kecenderungan aktualisasi iti akan mnunjukkan diri melalui
rentangan luas tingkah laku,yakni:
1.Tingkah laku yang berakar pada proses
fisiologi.
2.Tingkah laku yang berkaitan dengan
motivasi psikologik untuk menggerakkan organism kearah perluasan otonomi dan self-sufficiency.
3.Tingkah laku yang tidak meredakan
tegangan tetapi justru meningkatkan tegangan.
Rogers
mengasumsikan bahwa pada dasarnya ada peluang semua tingkah laku
mengaktualisasikan dirinya yang dapat dinilai melalui proses penilaian
organisme.
- Perkembangan Kepribadian
Struktur self menjadi bagian terpisah dari
medan fenomena dan semakin kompleks.Self berkembang secara utuh
keseluruhan,menyentuh semua bagian-bagiannya.
- Pribadi yang Berfungsi Utuh
Berfungsi utuh adalah
istilah yang dipakai Rogers untuk menggambarkan individu yang memakai kapasitas
dan bakatnya,merealisasi potensinya dan bergerak menuju pemahaman yang lengkap
mengenai dirinya sendiri dan seluruh rentang pengalamannya.Gogers memerinci 5
ciri kepribadian orang yang berfungsi sepenuhnya,sebagai berikut:
- Terbuka untuk mengalami:Kebalikan dari sifat bertahan.Mereka mampu mendengar dirinya sendiri tanpa merasa terancam.Mereka sadar dengan pikiran dan perasaanya dan disimbolisasi dalam kesadaran tanpa distorsi atau denial.
- Hidup menjadi:Kecenderungan untuk hidup sepenuhnya dan seberisi mungkin pada setiap eksistensi.
- Keyakinan Organismik:Orang mengambil keputusan berdasarkan pengalaman organismiknya sendiri.Kebalikan keyakinan organismik adalah pengambilan keputusan berdasarkan sumber eksternal.
- Pengalaman Kebebasan:Pengalaman hidup bebas dengan cara yang didinginkan,tanpa perasaan tertekan.Rogers mengakui pengarih keturunan,kekuatan social dan pengalaman masa lalu terhadap pilihan organisme.
- KreatifitasKemasakan psikologik yang optimal.Orang kreatif cenderung konstruktif dan adaptif sekaligus memuaskan kebutuhannya yang terdalam.
- Perkembangan Psikopatologi
Menurut Rogers,orang meladjusmen tidak sadar dengan perassan
yang mereka ekspresikan dan berusaha menolak ekspresi yang dapat mengungkap hal
itu.
Tak saling Suai
Ketika pengalaman tidak
konsisten dengan struktur self ,tingkat
kecemasan yang terjadi dapat merusak
rutinitas dan orang menjadi neurotic.Semakin besar jurang ketidaksesuaian antara
konsep diri dengan pengalaman organismik,semakin orang menjadi rentan.Pengalaman
inkongruen disimbolisasi kedalam kesadaran.Kondisi ini akan menimbulkan
disorganisasi kepribadian dan psikopatologi.
- Kecemasan dan Ancaman
Kecemasan dan ancaman
muncul akibat orang yang sangat sadar dengan ketidaksesuaian itu.Rogers
mendefinisi kecemasan sebagai”keadaan ketidaknyamanan atau ketegangan yang
sebabnya tidak diketahui”.Ketika orang semakin menyadari ketidak kongruenan
antara pengalaman dengan persepsi dirinya,kecemasan berubah menjadi
ancaman.
- Tingkah Laku Bertahan
Rogers mengklasifikasi
dua tingkah laku bertahan,yakni distorsi dan denial.Termasuk dalam distorsi
adalah kompulsi,kompensasi,rasionalisasi,fantasi,dan projeksi.
1.Distorsi:Pengalaman diinterpretasi secara salah dalam rangka
menyesuaikan dengan aspek yang ada dalam konsep self.
2.Denial:Orang menolak menyadari suatu pengalaman,agar terbebas adari
ancaman ketidak kongruenan diri.
- Disorganisasi
Disorganisasi adalah akibat
dari ketidak kongruenan antara self dengan pengalaman.Disorganisasi kepribadian
itu dapat disembuhkan atau dikoreksi dengan terapi yang memberinya penerimaan
positif tanpa syarat.
- APLIKASI
Teknik Riset
Rogers memakai
pendekatan content analysis,rating scale dan Q-techniques.Analisis
isi adalah prosedur menganalisis verbalisasi klien untuk menguji berbagai
hipotesis autoproposisi mengenai hakikat kepribadian.Rating scale digunakan
untuk meneliti kualiitas hubungan terapi,Q-Techniques adalah model asesmen
untuk meneliti pandangan orang mengenai dirinya sendiri.
Psikoterapi
Pendekatan berpusat
klien berpendapat,agar orang yang rentan dan cemas dapat mengembangakan
jiwanya,mereka harus mengadakan kkontak dengan terapis yang kongruen,dan dapat
menciptakan suasana penerimaan tanpa syarat dan empati yang akurat.Jadi terapi
Rogers dapat dijelaskan melalui tiga factor itu;kondisi,proses dan hasil.
Kondisi
Syarat agar terapi
dapat berlangsung:
1.Klien yang mengalami kecemasan atau kerentanan memiliki motivasi
mendatangi terapis.
2.Terapis dapat menunjukkkan kepada konsep dirinya kongruen,menerima
positif klien tanpa syarat,dan bersikap empatik.
3.Kontak antara klien dengan terapis berlangsung dalam waktu yang
panjang.
Proses
Prose perbaikan
kepribadian dibagi dalam tujuh tahapan:
1.Tahap Pertama:Klien tidak mau mengkonunikasikan dirinya.
2.Tahap Kedua:Sikap kakunya berkurang tapi mereka membahas kejadien
eksternal dan orang lain.
3.Tahap Ketiga:Klien semakin bebas membucarakan dirinya sendiri masih
sebagai obyek.
4.Tahap Keempat:Klien mau berbicara tentang perasaaannya secara mendalam
tetapi bukan perasaannnya sekarang.
5.Tahap Kelima:Mereka dapat mengekspresikan perasaannya saat itu.
6.Tahap Keenam:Klien bergerak mantap mendekati fungsi yang utuh atu
aktualisasi diri.
7Tahap Ketujuh:Klien mencapai fungsi seutuhnya.Mereka menjadi
kongruen,menerima diri positif tanpa syarat dan mampu mencintai dan bersikap
empati kepada orang lain.
terima kasih,,
BalasHapus